Bicara persoalan mengonsumsi mi instan, sedari kecil mimin memang sudah sering mendapatkan stigma yang buruk terkait mi instan sebagai makanan yang nggak menyehatkan. Ada yang bilang nggak sehat, ada pula yang bilang dapat menjadi sumber penyakit, dsb.
Berbagai macam kontra pun akhirnya sering bermunculan terkait mengonsumsi mi instan ini. Singkatnya, semua mi juga merupakan sumber karbohidrat yang sama-sama berasal dari gandum.
Coba deh sejenak, kalian tonton video yang dipaparkan dari Dr. Tirta di bawah ini:
Nah, gimana pendapat kalian setelah menonton sefruit pencerahan dari Dr. Tirta terkait penjelasan mengonsumsi mi instan di atas? Masih mikir “cuma mi instan” yang nggak sehat? Bagaimana dengan bakmi? Atau spageti yang dikemas secara instan dan terjual juga di supermarket?
Lewat beberapa informasi yang mimin telusuri di berbagai platform media digital, ada saran dari pakar kuliner Kevindra Prianto Soemantri, “Bisa ditambahkan topping sehingga seimbang kandungan nutrisinya. Bisa ditambah protein hewani dan nabati biar makin enak!”, dalam acara peluncuran Mie Sedaap Baked beberapa waktu lalu.
Protein yang bisa dicampurkan ke dalam mi instan pun sangat beragam, mulai dari telur, irisan daging ayam atau sapi, kornet, atau pun seafood. Kalo mimin sendiri mengakalinya dengan cara melakukan combine lewat berbagai macam sayuran, entah itu sawi, bayam, kangkung, brokoli, atau pun kol.
Terus gimana sih rangkumannya? Oke, intinya adalah mengonsumsi mi instan juga nggak boleh terlalu sering. Mengonsumsi mi instan hanya boleh sekiranya sebagai alternatif aja kalo lo lagi bosan sama nasi, begitu pun segala bentuk produk mi yang lainnya. Makanan apapun jika dikonsumsi secara berlebihan juga dapat menimbulkan penyakit, nggak cuma mi instan (jadi nggak dapat selalu dibenarkan, ya).
Jadi saran mimin, intinya mau makan apapun itu untuk kebutuhan lainnya pun juga tetap harus seimbang, ya. Air putih dan olahraga juga jangan sampai luput ketinggalan. Sekian dan salam sehat warga DB!
