Rangkaian Wall of Fades memang sudah selesai, tapi sisa-sisa kegembiraan dari event denim terbesar di Indonesia masih terasa hingga kini. Tahun ini, Darahkubiru untuk pertama kalinya mengadakan Wall of Fades di tiga kota yang berbeda. Dimulai dengan Jogjakarta, kemudian Bandung, dan ditutup di Jakarta, Wall of Fades menjadi ajang berkumpulnya para denim heads yang datang dari berbagai wilayah.
Wall of Fades Jakarta tahun ini berlangsung selama 4 hari, yaitu 12-15 Desember 2019 dan bertempat di Jakarta Pusat, tepatnya di Exhibition Hall - Grand Indonesia West Mall. Wall of Fades Jakarta tahun ini mengambil tema “A Raw Canvas” yang berfokus bagaimana Darahkubiru ingin mengajak denim heads mengibaratkan pakaian mereka seperti layaknya kanvas kosong dan berekspresi sesuai apa yang mereka inginkan.
Di venue baru ini, Wall of Fades menyediakan berbagai macam instalasi. Yang pertama di bagian depan, terdapat instalasi anatomi jeans, bagaimana permak jeans berkembang, dan mannequin yang merepresentasikan beberapa jenis gaya busana. Di bagian tengah venue terdapat instalasi, panggung, dan booth oleh DCODE dimana pengunjung bebas mengekspresikan diri melalui seni fotografi dan body marbling paint. Yang terakhir, terdapat satu ruangan khusus bernama Pojok Eksperimen dimana pengunjung bisa melakukan indigo dyeing, live printing, heatpress, painting and embroidery, tie dye, denim printing, dan iron patch.
Hari pertama, invitation day, dibuka dengan media tour. Tour ini dimulai dengan mengelilingi venue sembari menyapa para tenant dan diakhiri dengan Q&AÂ di panggung yang terletak di ujung venue. Malam harinya, invitation day ditutup dengan games menarik dan music playlist.
Keesokan harinya adalah hari pertama Wall of Fades terbuka untuk umum. Pengunjung sudah memadati Exhibition Hall dari jam 10 pagi. Banyak pengunjung yang berswafoto dan tentunya membeli produk dari 65 fashion tenant yang tersedia. Setelah berkeliling, pengunjung dapat bersantai di area food and beverages sambil menikmati suguhan talkshow di sore dan malam hari.
Talkshow pertama dimulai sore hari dengan tema “Maintaingin Originality vs Plagiarism” yang kemudian dilanjutkan talkshow kedua bertema “Walk of Fades”. Acara hari kedua ditutup dengan karaoke dan Business Pitch oleh DCODE.
Hari ketiga dimulai oleh program Lalu Lintas Gaya yang bekerja sama dengan Whiteboard Journal dan Runhood. Dengan tema “Upcycling Walk”, Lalu Lintas Gaya edisi ke-3 ini mengajak peserta untuk mengekplorasi daerah Jakarta Pusat yang berakhir di venue Wall of Fades. Peserta kemudian diajak berkeliling venue secara eksklusif.
Siang harinya, keseruan berlanjut dengan talkshow bertema “Anak DB”. Talkshow ini membahas tentang bagaimana kultur denim di Indonesia dan apa rasanya menjadi bagian dari komunitas denim terbesar di Indonesia. Dibawakan dengan santai, talkshow ini terasa sangat cair.
Sore harinya, ada pengumumkan pemenang Indonesia Denim Contest oleh Darahkubiru. Lima peserta dengan jeans terbaik bertarung untuk memperebutkan titel juara. Ruedi “Swiss Jeans Freak” Karrer dan Robin Denim menjadi juri pada IDC edisi kali ini dan akhirnya didapatkan tiga pemenang.
Malam harinya, rangkaian acara dilanjutkan dengan Outfit Contest oleh Darahkubiru Style. Peserta yang sudah dipilih dari babak penyisihan di Instagram kemudian diundang ke venue. Menariknya, di babak final peserta dibebaskan memilih semua pakaian tenant untuk dipasangkan pada outfit mereka.
Setelah tiga pemenang terpilih, acara dimeriahkan oleh penampilan dari L’alphalpha dan dilanjutkan oleh Sir Dandy. Malam minggu terasa sangat meriah oleh penampilan mereka. Beat yang dibawakan dua musisi ini sanggup menggetarkan lantai panggung dan membuat penonton bergoyang. Hari ketiga ditutup oleh sajian musik bernuansa elektronik oleh Pemuda Sinarmas. DJ yang memakai kaset tape di tiap penampilannya ini membuat para penonton larut dalam nostalgia sambil berkaraoke ria.
Hari keempat Wall of Fades dibuka dengan Workshop Silversmithing oleh Sweda.Co dan Leather Art oleh Cetul Leather Art. Para peserta yang sudah mendaftar sebelumnya sangat antusias menggunakan peralatan yang disediakan oleh panitia. Suasana kedekatan juga sangat terasa antara para peserta dengan para mentor.
Acara dilanjutkan di sore harinya dengan talkshow yang bertema “Upcycling Movement” dengan narasumber dari Sandwhich Sandwhat dan Funky Scars. Di sini para narasumber berbicara tentang bagaimana kita dapat mengubah pakaian lama kita menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat lewat movement upcycling. Dan melalui movement ini, kita dapat menyelamatkan bumi dari sampah yang terus menumpuk.
Talkshow dilanjutkan dengan tema “What Makes A Brand”. Pada tema ini, narasumber dari beberapa brand menjelaskan tentang bagaimana cara membuat identitas brand ditengah persaingan yang sangat ketat. Selain itu, bagaimana cara menjaga agar identitas tersebut tidak tergerus oleh arus persaingan.
Malam harinya, Acara dilanjutkan dengan lelang beberapa barang dari Muchlis Fachri (Muklay), William Gozali (Willgoz), dan Muhammad Aga. Acara ini sekaligus memperingati ulang tahun Lee Jeans yang ke-130. Ketiga seniman ini melelang jaket denim dan jeans yang sudah dipersonalisasi sesuai dengan spesialisasi mereka. Uniknya, ketiga barang ini terjual kepada satu pemenang.
Semakin malam acara semakin seru dengan pertunjukan dari Kelelawar Malam dan Kelompok Penerbang Roket. Membawakan hits-hits terbaik mereka, pengunjung seperti otomatis melompat mendengar musik punk dan rock yang dibawakan keduanya. Lantai pun bergerak mengikuti irama dari musik yang dimainkan.
Berakhirnya pertunjukan kedua band ini sekaligus mengakhiri perjalanan Wall of Fades di 2019. Banyak milestones tercapai mulai dari transformasi Darahkubiru Pahi menjadi Darahkubiru Style, Wall of Fades menyebar ke tiga kota, hingga Lalu Lintas Gaya yang cukup sukses membawakan campaign melalui tiga edisinya. Sampai bertemu di rangkaian Wall of Fades tahun depan!