Skip to content Skip to footer

My Favorite – Adystra Bimo “yyoy”

Pada tahun 2011 kemarin kita telah memberikan awards untuk kategori PAHI  of the year bagi para member forum dan awards untuk kategori tersebut dimenangkan oleh ID yyoy dan dits. Pada kesempatan kali ini team dari darahkubiru mendapat kesempatan mewawancarai salah satu dari mereka yaitu Adystra Bimo (yyoy). Pada edisi My Favorite ini, kita ingin membahas equipment apa saja yang sering dipakai dan difavoritkan oleh Adystra Bimo beserta alasannya.

Adystra Bimo

berikut cerita dari Adystra Bimo.

Headwear Neckwear footwear

Nomer 1 & 2: Ebbets Field Cap & Stetson Hatteras Cap

Ebbets dengan paduan warna navy-red ini didapat dari hasil obrolan kecil di Bricklane, London, dengan backpacker yang baru kembali dari States. Kebetulan saat itu dia pakai Ebbets field cap yang sudah lama menjadi wishlist saya. Seiring dengan lancarnya obrolan, saya coba “menawarkan” harga untuk membeli topi yang dipakai si backpacker. Make it smooth, make it 12£. Deal. Legit.

Topi andalan kedua saya merupakan topi dengan model newsboys dari Stetson. Nama Stetson mungkin sudah tidak asing lagi untuk para Cap addicts. Hatteras cap dengan bahan 100% wool ini sangat nyaman dan lightweight. Cocok untuk udara dingin. Invest in timeless headwear, invest in Stetson.

 Number 3: Courtland The Producer eyeglasses

Saya rasa semua pria setuju, James Dean’s style merupakan inspirasi berbusana yang tidak tergantikan. Ketika kacamata lama saya patah, maka saya mencari referensi untuk frame pengganti. Ketika itu saya mendapatkan sebuah foto James

menggunakan Tart Optical, sebuah brand eyewear asal New York yang sangat legendaris sampai sekarang. Namun harga oTe (Tart Optical Entreprises) sangat jauh dari budget yang ada. Setelah dua minggu mencari, akhirnya saya menemukan satu merk asal Maine, USA, yang design framenya mendekati oTe dengan harga lumayan terjangkau. Copped the tortoise one.

Number 4: Sweet Georgia Brown Pomade

Akhir November 2011 saya mulai mengulik seluk beluk hair styling products. Karena tidak ingin ribet mengurus model rambut, maka saat itu saya mencoba model rambut slicked back ala the gang from Reservoir Dogs. Produk pertama yang dicoba waktu itu Murray’s classics. Tapi Murray’s terlalu kuat untuk rambut saya dan sangat susah untuk dibersihkan. Setelah Murray’s habis, saya beralih ke Sweet Georgia Brown pomade. The color of the pomade, the smell, and the sheen is amazing. It’s definitely a pomade you want to have on deck.

Number 5 & 6: Paisley Bandanna & Knit Scarf

Bandanna dapat menjadi aksesori pelengkap di leher untuk memberikan kesan berbeda. Knot the bandanna in sailor’s way and it tops off everything from T-shirt and jeans to oxford shirt. Ditambah dengan motif Paisley asal Persia, it can’t go wrong to give more casual looks. Bila tidak dipakai, bandanna dapat diselipkan pada saku celana belakang dan merubah tampilan denim/chinos menjadi tidak plain.

Neckwear favorit saya adalah red knit scarf hand made ibu saya sendiri. Menurut saya, tidak ada scarf yang lebih hangat dibanding scarf rajutan seorang ibu. Ketika musim dingin tiba, Scarf ini hampir tidak pernah lepas dari leher saya ketika bepergian.

Nomer 7 & 8: Jordan DMP “Bulls” & Yuketen for LN-CC

The Jordan Retro 1 has been fashion all the time with its great design. Sebelumnya saya kurang suka dengan high sneakers, tapi untuk Jordan ini I’ll give it a go. Seharusnya Jordan DMP Bulls ini dijual sepasang dengan Celtic colorway, namun setelah berbincang-bincang dengan penjaga sebuah toko sneakers di NY, dia setuju untuk menjual DMP edition ini secara terpisah + 15$ fee dari setengah harga retail satu set. Dari tahun 2009 sampai hari ini, Jordan DMP Bulls masih menjadi day-to-day sneakers saya.

Selain sneakers, footwear yang lebih rugged tentunya juga dibutuhkan. Yuketen menjadi favorit saya dibandingkan varian rugged boots lainnya. Dikarenakan produksi artikel Yuketen tergolong eksklusif dibanding merk boots mass production pada umumnya, sepatu ini menjadi sangat spesial bagi pemiliknya. Got it from LN-CC at boxing day for 70%off.

Carry Goods

Nomer 9 & 10: Porter tote bag & Marmot Odin 35L

Dengan ciri khas all black colorwaynya, Porter menjadi salah satu ikon carry goods Jepang. Tahun 2008 awal ketika saya membeli Porter tote bag ini banyak yang mengkritik dikarenakan tas ini kurang manly enough untuk dipakai seorang pria. Namun saya tidak menghiraukan kritikan tadi karena saya melihat tas ini dari segi fungsional yang sangat praktis untuk mengakses buku, alat tulis, payung, hingga kamera. Dengan segala kepraktisannya, tote bag Porter ini masih menjadi daily carrywear favorit saya.

Ketika travelling, tentu saya membutuhkan tas yang lebih besar dan lebih kuat. Untuk keperluan itu, pilihan saya jatuh ke Marmot Odin 35Liter berwarna orange ini. Dengan segala teknologi rucksack masa kini seperti compression fit dan freeflow back, tas ini setia menemani perjalanan jauh saya.

Nomer 11: Moleskine squared & Moleskine daily planner

Mark Twain pernah berkata “Explore. Dream. Discover”. Terkadang ide brilian bisa datang kapan saja dimana saja. Namun bila ide itu tidak segera didokumentasikan maka kesempatan emas dapat hilang begitu saja di kepala. Maka dari itu ada yang kurang dari quote Mark Twain tadi: “Write”. Tiap ide yang saya dapat selalu saya tumpahkan kedalam black beauty Moleskine ini. Kita tidak pernah tau, mungkin ide yang kita catat hari ini dapat menjadi emas dikemudian hari.

Number 12: Monocle magazine

Monocle sukses menggabungkan current affairs, featured review, lifestyle dengan fashion styling. Dengan segmen artikel yang global, Monocle menjadi bacaan wajib untuk tetap up-to-date: berita dan gaya.

Cut & Sewn

 Number 13: Swedish Army Surplus

Bricklane, London, mungkin surganya vintage goods. Di tempat itu pula saya mendapatkan jacket Swedish Army ini. Sewaktu pertama kali melihat jaket ini, saya tertarik pada lapel yang memberikan kesan sedikit dress-up. Hal menarik lainnya, kantung pada jaket ini lumayan besar untuk menampung kamera dan lensa. Sangat cocok untuk menemani hobi streetsnap saya. Bargained and hand shaked.

Number 14: Bluesville & Norse Projects

If the shirts don’t fit, we’ll never achieve the attitude. Bluesville dan Norse Projects merupakan 2 kemeja casual andalan saya. Dua-duanya button down, dan dua-duanya strictly fitted. Kudos.

Denim

 

Number 15: Denim; Levi’s, The Steam Locomotive, PRACT

Bagi saya 1 atau 2 denim cukup untuk dipakai bergantian setahun-dua-tahun kedepan. Sampai saat ini Levi’s masih menjadi favorit saya dari segi cuttingan, bahan, detail, dan nilai historisnya. There is a saying: every guy should have Levi’s in his wardrobe. True.

 Awal tahun 2011 saya mengikuti sebuah kontes dengan skala kecil memakai The Steam Locomotive denim. Bisa dibilang, TSL denim ini mempunyai memorable value tersendiri bagi saya. Banyak momen yang dilewatkan dengan denim ini seperti backpacking ke Vietnam hingga light packing ke Skotlandia. Semua kenangan itu saya dokumentasikan melalui catatan-catatan dibalik front pocket celana ini.

The latest in the family adalah brand lokal asal Jakarta, PRACT. Denim ini merupakan denim lokal pertama saya. Pertama kali melihat campaign PRACT berbentuk video, saya langsung tertarik untuk memiliki denim ini. Alhasil, cuttingan dan bahan yang dipakai brand ini sukses menjadi second skin saya menggantikan TSL. Kualitas terjamin.

Sporting Goods

Number 16, 17, 18, 19: Mizuno apparels, Technicals baselayer, Nike Air Max

Jogging merupakan olahraga kesukaan saya. Praktis, gratis, dan sehat. Untuk mendukung olahraga ini saya percayakan pada brand asal Jepang, Mizuno. Sebagai apparel tambahan, saya juga menggunakan running tights dari Technicals. Running tights ini sangat mendukung untuk jogging ketika udara lumayan dingin. Insulator dan wind-resistant nya menjaga agar muscle tetap warm saat berolahraga.

Untuk trainers, saya menggunakan Nike Air Max light. Warnanya yang terang dan mencolok menambahkan tingkat keamanan saat jogging diatas jam 6 sore.

Street Snap

Number 20 & 21: Olympus E-P3 & Go Pro Hero 2

Diwaktu senggang, saya senang mengelilingi kota untuk memotret random things. Sebelumnya, saya menggunakan DSLR untuk kegiatan ini. Namun, saya merasa black chunky camera kurang praktis untuk dibawa bepergian. Maka saya memutuskan untuk menjual kamera DSLR saya dan menggantinya dengan kamera yang lebih kecil dan praktis: Olympus Pen E-P3. Autofocus-nya yang sangat cepat membuat kamera ini sangat cocok untuk foto candid dan point & shoot.

Gadget lainnya yang selalu saya bawa setiap hari adalah Go Pro videocam. Go Pro langsung membuat saya jatuh cinta dengan barang ini ketika video campaign-nya release melalui internet. Bila ada momen tidak terduga, Go Pro menjadi penyelamat hari itu.

Adystra Bimo fit pictures

Pesan dari Adystra Bimo bagi para pembaca artikel ini:

 “if the clothes don’t fit, you’ll never archive the attitude”

Sekian cerita tentang Adystra Bimo dengan barang favorite nya, kita tunggu di Artikel yang akan datang siapa lagi yang akan masuk dalam artikel ini ?

 

Leave a comment