Skip to content Skip to footer

Fenomena Skinny Jeans, Musik Hardcore, dan Sneakers Era 70-80an!

Bicara seputar musik, tak menafikan peran fashion sebagai salah satu bentuk elemen yang sangat penting di dalamnya. Seiring berjalannya waktu, hubungan antara musik dan fashion jelas memiliki kesinambungan atau korelasi yang erat antara satu dengan yang lainnya. Yang dimaksud di sini ialah, musik nggak cuma sekedar musik, namun ternyata ada bentuk movement yang lebih penting di dalamnya.

Izinkan mimin untuk mengupas sedikit seputar fenomena skinny jeans dan sneakers yang sangat meledak di era 70-an akhir yang menuju pergeseran ke 80-an. Entah lo udah sadar atau nggak, setelah mimin surfing dan lebih sedikit mendalami terkait fenomena ini, ternyata pada saat itu banyak band-band berkiblat hardcore asal negara Paman Sam yang meimplementasikan sneakers dan skinny jeans, sebagai bentuk pergerakan musik di dalam setiap penampilannya.

Singkatnya kepopuleran skinny jeans bermula sejak tahun 1970-an, kultur budaya punk yang sebelumnya diikuti oleh kehadiran Rock and Roll sedang dalam perkembangan yang pesat. Bicara musik punk, lantas, how the Ramones became punk pioneers? Menurut mimin, Ramones adalah band yang memang paling pantas serta paling ikonik di era saat itu. Hingga akhirnya seiring berjalannya waktu, DNA punk mulai bermutasi dan melahirkan sub-genre baru yang bernama ‘Hardcore‘.

San Francisco dan California Selatan turut menjadi saksi atas setiap ketukan menit-per-menit yang akhirnya cenderung bergerak lebih gesit, baik secara tempo serta aransemen yang dimainkan pun menjadi semakin lebih cepat. Namun dibalik sepenggal permulaan kisah itu semua, ternyata ada beberapa fakta menarik, nggak hanya genre-nya aja yang bercabang, tetapi ‘Fashion Statement‘-nya juga turut ikut serta.

Nah, sebelum kita langsung terjun ke pembahasan dari inti judul di atas, mari sejenak kita melompat ke rekam jejak, soal gimana sih semua ini bisa terjadi? Sekaligus turut menyelami bersama-sama terkait kilas balik fenomena antara fashion dan musik ini. So, selamat membaca!


Kemunculan Skinny Jeans dan Musik Rock and Roll

Fenomena skinny jeans pertama kali mencuat pada tahun 1950-an, berawal sebagai simbol pemberontakan dari anak muda yang dilakukan pada saat itu membuat tren skinny jeans akhirnya terus menerus diadopsi oleh berbagai macam peristiwa dan para public figure terkemuka.

Kepopuleran skinny jeans terus menanjak sejalan dengan kemunculan musik rock and roll. Elvis Presley dianggap sebagai figur terpenting, alias bapak rock and roll yang mempopulerkan jeans ketat dengan segala atribut pemberontakannya. Dalam berbagai penampilan, Elvis kerap membuat publik terperangah dengan penampilannya yang sering kali mengenakan skinny jeans.

Kalo kita melihat rekam jejak sejenak, citra bad boy, skinny jeans, dan rock and roll adalah hal yang nggak dapat terpisahkan. Apalagi ketika para ikon bad boy macam Marlon Brando dan James Dean yang suka mengenakan skinny jeans ini. Berselang ke awal tahun 60-an, kuartet classic rock asal Liverpool, Inggris, pun juga turut memeriahkan dan terjun ke tren fashion skinny jeans ini, salah satunya band terbaik yang dinobatkan untuk abad ke 21 yaitu, The Beatles. Di tahun 1963, The Beatles pernah ikut campaign yang diselenggarakan oleh merek Lybro Jeans.

Pada masa itu, skinny jeans pun juga belum terlalu terjamak ke perempuan, kecuali para ikon yang berani tampil seksi seperti, Marilyn Monroe dan Audrey Hepburn. Baru pada 1960-an skinny jeans menjadi umum di kalangan remaja perempuan, hmm, kayaknya gara-gara pada nge-fans sama musisi atau aktor laki-lakinya nih, alhasil skinny jeans turut diadaptasi juga oleh para cewek pada saat itu.

Skinny jeans juga nggak melulu mengesankan pemberontakan. Kesinambungan antara elemen musik dan fashion ini pada akhirnya dapat diterapkan dan cocok sebagai busana kasual yang sopan, tapi sesuai dengan gaya yang sedikit liar dan merepresentasikan kebebasan.

Adaptasi Skinny Jeans dan Punk

Skinny jeans akhirnya tetap populer dan menjadi atribut seragam berbagai grup rock yang bermunculan pada satu dekade kemudian. Kepopulerannya tak tenggelam oleh gempuran tren disko dan celana cutbray. Justru ia kian menguat dengan tumbuhnya subculture ‘punk’ di Amerika dan Eropa. Skinny jeans, kaos ketat sobek-sobek, simbol-simbol anarki, dan rantai menjadi pakaian kebesaran para penganut aliran itu. Lewat pakaian dan atribut ini para penganut punk mengekspresikan pandangan hidup antikemapanan mereka. Gaya berbusana ini diusung oleh band-band punk terkemuka seperti, Ramones dan Sex Pistols.

“Kami telah membuat janji untuk mati bersama-sama, dan aku harus menepati janji ini. Kuburkan aku di samping kekasihku. Kuburkan aku dengan jaket kulit, celana jins, dan sepatu botku.”

— Dalam pesan terakhirnya Sid Vicious, bassist Sex Pistols

Dalam kultur dan budaya pop tahun 1970-an, nyatanya skinny jeans memiliki tempat tersendiri. Ketenarannya memuncak setelah kemunculan beberapa desainer yang mengadaptasi gaya busana punk dalam rancangan mereka. Sebut saja Vivienne Westwood. Ketenarannya bertahan hingga tahun 1980-an awal dan akhirnya berganti dengan kejayaan musik hardcore.

Sneakers – Hardcore: A New Kind New Balance

Siapa sangka sepatu boots Dr. Martens atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Docmart’ pelan-pelan akhirnya istirahat dan digantikan sementara dengan era sneakers lewat silhouette yang sporty seperti Vans, Nike, Converse, New Balance. Fungsionalitas yang dimiliki oleh sneakers tersebut yang menjadi alasan cukup kuat dalam menghadapi crowdsurfing, moshing hingga mosh pit dan stage diving. Sneakers dalam dunia punk akhirnya menjadi angin yang baru dan menjelma ke dalam komponen musik hardcore di era 80-an.

Lahir dari persepsi ekses punk selama dekade sebelumnya, kata-kata ‘New Balance’ menjadi simbol pergerakan ideologis dari minuman keras, narkoba, dan hedonisme yang terkait dengan punk di tahun 1970-an (pada kenyataannya, di Buffalo, New York, menjadi tempat berkembang biak bagi para band-band hardcore yang masih baru pada saat itu). Bahkan, ada satu grup ada yang tampil dengan sebutan ‘New Balance’, konon katanya sih, sayangnya mimin nggak menemukan arsip fotonya.

Fakta menariknya adalah ternyata New Balance 574 secara khusus diadopsi oleh skena hardcore dan dipuji karena estetika minimalis dan fungsionalitas kinerjanya. Nggak hanya soal bentuk dan gaya yang jauh berbeda dari gaya Dr. Martens saat menginjak panggung punk di tahun 70-an dan 80-an, tetapi NB 574 ini juga menawarkan keampuhan praktis untuk stage diving dan moshing. Intinya sih mungkin, para penggiat musik keras pada saat itu udah capek kali ya kalo saat perform kudu pake boots, hmm, mendingan pakai sneakers lebih nyantai. Dulu mimin pribadi sih pernah punya NB 574 ini, dan terbukti enteng sih untuk dipakai berkegiatan hahaha.

Lahirnya Movement Straight Edge

Tahun 1986 band hardcore punk asal Connecticut, Youth of Today juga merilis sebuah album berjudul ‘Break Down The Walls‘ yang memvisualisasikan Ray Cappo dengan sentuhan Air Jordan 1 KO Chicago dan Nylon Trousers yang menjadi kiblat bagi banyak remaja skena ini pada saat itu. Ray Cappo mendorong penampilan atletis yang dibangun untuk fungsionalitas, bukan bentuk.

Kami menyukai kehidupan yang bersih saat kami masuk ke dalam musik punk. Itu adalah pemberontakan kami, ujar vokalis Youth Of Today, Ray Cappo, kepada Media Rolling Stone. Ketika saya mulai bergaul dengan anak punk biasa di Lower East Side, New York, saya juga menyadari bahwa narkoba di skena punk jauh lebih buruk daripada di sekolah menengah saya. Kami sangat menjunjung tinggi etika hidup bersih, dan hal itu tercermin dari cara kami berpakaian. Kami benar-benar bangga dengan hal itu!

— Youth Of Today, Ray Cappo

New Balance juga merupakan satu-satunya merek yang menampilkan 100% produk bebas dari hewan; sebuah filosofi lain yang berasal dari sektor-sektor dalam skena hardcore. John Porcelly, yang mendirikan Youth Of Today bersama Ray Cappo, menjelaskan pentingnya hal ini dalam pernyataan misi awal band ini.

Buat lo yang belum paham dengan gaya hidup straight edge, singkatnya adalah sebuah gaya hidup, filosofi dan pergerakan anak muda yang menganut anti penggunaan narkoba, penggunaan minuman beralkohol, merokok dan hubungan seks bebas, walaupun pergerakan garis keras yang lebih dalam mereka menghindari penggunaan obat secara menyeluruh (termasuk penggunaan secara medis) dan mereka mempercayai bahwa seks tidak untuk berganti-ganti pasangan.

Kalo disimpulin, straight edge hanyalah sebuah motivasi hidup untuk nggak merusak diri sendiri dengan mengonsumsi zat-zat atau hal-hal yang dianggap berbahaya untuk diri sendiri dan menyikapi dengan kembali kepada kontrol individu masing-masing. Gaya hidup straight edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene punk/hardcore yang sangat identik dengan kebiasaan mabuk dan kerusuhan.

Ide straight edge ini sebenarnya udah ada dalam lagu-lagu band protopunk, tahun 70-an, yaitu The Modern Lovers. Namun, istilah straight edge dicetuskan oleh pentolan band Minor Threat, Ian MacKaye. Minor Threat juga pada akhirnya menyebut straight edge sebagai dasar gaya hidup, dalam sebuah lagu mereka yang berjudul ‘Straight Edge‘. Respect!

The Combat Boots of the Straight Edge Army

Melalui pilihan sepatu kets yang sewenang-wenang inilah, Youth Of Today mampu mendobrak kode-kode gaya ketat skinny jeans yang disematkan pada punk sejak era Vivienne Westwood meramu penampilannya di tahun 70-an.

Dalam banyak hal juga, akhirnya Youth Of Today juga turut serta memperkenalkan punk pada budaya sneakers. Dengan menerapkan jaket varsity, sepatu kets tinggi, potongan rambut pirang yang diputihkan, dan gaya hidup yang bersih. Bentuk baru dari punk yang tidak bermoral ini mungkin menjadi ekspresi yang paling murni.

‘No More’ pada tahun 1988 merupakan salah satu momen penting yang membawa vegetarianisme, veganisme, dan hak-hak hewan ke dalam pergerakan musik hardcore. Channel by hate5six.

Oh iya, btw, selain Youth of Today, salah satunya band hardcore seperti Wasted Youth sebelumnya juga mengadaptasi Vans Sk8 Hi, SSD yang mengenakan Blazer Mid 77 Vintage OG hingga band hardcore lainnya sampai sekarang pun memakai sneakers untuk jadi combat essentials mereka saat beraksi di panggung.


Itu dia beberapa kilas balik mengenai fenomena skinny jeans, musik hardcore, dan sneakers. Gimana menurut lo? udah cukup terjawab?

Btw, kalo sedikit bicara perihal fashion swift, mengingat gejala musik hardcore di Indonesia juga lagi ramai banget belakangan ini, lewat asumsi kacamata mimin pribadi, celana pattern atau cargo loose pants yang disandingkan dengan New Balance 990, sekarang udah jadi style-an wajib anak hardcore banget ya.

Source: YouTube Minor Threat

Hmm, alias terbukti sih, perkembangan soal style dalam setiap subscene memang udah menjadi identitas yang kuat dan melekat sejak dulu. Nggak cuman tentang musiknya, tapi lewat fashion-nya pun juga dirasa ada pergerakan. Hormat!