Skip to content Skip to footer

Honest Review: Tempo by Diptyque

Dalam rangka memeriahkan bahasan soal parfum niche, mimin tertarik buat mengulas secara khusus nih akuisisi terbaru mimin yang kebetulan masuk ke kategori niche perfume. Parfum ini merupakan salah satu rilisan terbaru (gak baru banget sih) dari Diptyque nih gaes!


LATAR BELAKANG

Sebelum membahas parfumnya, Diptyque dikenal sebagai sebuah luxury fragrance brand yang berbasis di Perancis. Diptyque terkenal dengan koleksinya yang sejauh ini banyak berkutat di earthy dan green scent yang cukup ikonik oleh para pecinta wewangian, termasuk pada produk scented candles-nya. Selain itu, Diptyque juga sering memperhatikan sisi estetikanya, mulai dari botolnya yang fotogenik, artwork pada botol tersebut, story behind the scent, hingga tidak lupa dengan nama yang disematkan juga sangat french-esque yang bikin gue cukup sotoy pas nyebutin nama produknya. Kebetulan, parfum yang gue tebas kali ini cukup gampang disebutnya, dan itu juga menjadi salah satu alasan gue mengakuisisi parfum ini, parfum tersebut bernama Tempo!

Tempo sendiri gue klasifikasikan sebagai parfum yang wanginya bergerak ke arah Woody Aromatic Spicy. Jika dilihat dari notes-nya, parfum ini merupakan patchouli heavy, kalo gue liat di website-nya sih Diptyque menggunakan 3 jenis patchouli extract atau daun nilam yang merupakan salah satu jagoan Indonesia nih! Menurut penuturan Diptyque sih, mereka menciptakan parfum ini karena ingin mengenang kejayaan masa lalu nih,

During the 60s, a certain scent was changing the world: patchouli. Tempo pays tribute to it with three extracts of this essence, a nuanced composition that hovers between elegant and woody, enveloping and earthy. Elevated by violet leaf, Tempo vibrates with remarkable sophistication

Diptyque

Karena gue cukup suka dengan wangi dari daun nilam, maka gue memutuskan untuk menebus parfum ini. Yuk kita lanjut ke pembahasan!

MENGENAL LEBIH DEKAT SI TEMPO

Pertama, dari sisi packaging, Tempo datang dengan cukup sederhana dan relatif sama dengan kemasan Diptyque lainnya. Sejujurnya, kotaknya cukup sederhana, dari bahannya juga tidak spesial bahkan terkesan seperti parfum desainer pada umumnya. Namun, kesederhaan itu terbantu dengan estetika desain yang keren banget menurut gue. Gak terlalu banyak yang bisa dibahas sih dari sisi packaging. Kalo dari botol, botol dari Diptyque merupakan salah satu hal yang bikin gue jatuh cinta, dengan desainnya yang simple namun elegan, mudah digenggam, dimensinya yang cukup mungil ngga makan banyak tempat kalo dibawa di tas nih! Selain itu, tutupnya juga mengunci dengan baik jadi seharusnya aman sih. Sprayer-nya juga bagus banget!

The scent itself, ini yang menurut gue cukup tricky. Pertama gue sniff parfum ini kesan yang ditimbulkan itu wangi herbal yang dusty dan earthy yang sangat kuat. Mungkin sedikit mengingatkan ke sebuah buku tua gitu (menurut hidung gue ya). Hal tersebut (CMIIW) disebabkan oleh perpaduan antara si daun nilam dengan notes seperti pink pepper dan bergamot serta violet leaf dan mate yang membuat pembukaannya sedikit old school. Bisa dibilang, opening-nya itu not for everyone lah ya, terlebih opening scent-nya bisa dibilang cukup ‘berisik’ tapi ngga beast mode gitu, dan bertahan cukup lama sekitar 15-30menit, setelah itu berangsur memudar dan mulai berbaur dengan notes lainnya. Scent development serta juice quality-nya sendiri sangat sangat smooth khas Diptyque. Pada dry down-nya sendiri, daun nilam sang karakter utama pada parfum ini menjadi bintangnya, perpaduan sempurna patchouli dengan mate menghasilkan wangi yang warm dengan tea vibes-nya yang sangat membuat nyaman!

Bicara performa, gue mencoba full-wear parfum ini dengan 5 semprotan kombinasi kulit dan baju. Seperti Diptyque lainnya, mereka ngga dikenal sebagai parfum yang punya performa nuklir, tapi terkenal dengan blending-an yang smooth serta wangi yang cozy, hal tersebut juga berlaku pada parfum ini. Longevity yang gue dapatkan selama memakai parfum ini kurang lebih mencapai 6-8 jam, dengan Sillage yang meninggalkan scent trail yang cukup elegan dan bertahan di ruangan penyemprotan selama kurang lebih 1 jam. Hal tersebut gue dapatkan setelah gue kebetulan kembali ke ruangan tersebut selang 1 jam setelah pemakaian. Cukup baik, apalagi dengan ke-eleganan wanginya. Untuk Projection sendiri, seperti yang gue sebutkan di atas, cukup menyebar dengan baik di 2 jam pertama, dan selanjutnya close to the skin di kurun waktu 4 jam terakhir setelah pemakaian, menciptakan scent bubble yang sangat nyaman.

KESIMPULAN

Ilustrasi yang menggambarkan parfum ini cocoknya buat orang kaya gimana

Sebagai parfum yang dikategorikan sebagai niche perfume, wangi patchouli yang dihasilkan pada parfum ini bisa dibilang berkualitas tinggi, sehingga cukup friendly dan ngga mengintimidasi, sama sekali ngga harsh atau nonjok ke muka pas awal nyemprot parfum ini. Diptyque Tempo ini menurut gue merupakan sebuah parfum buat lo yang mencari sebuah wangi yang elegan dan berkesan ‘mahal’. Parfum ini kurang cocok buat lo yang ingin menebar pesona ke banyak orang karena patchouli sendiri merupakan sebuah wewangian yang ngga semua orang suka.


Personally, parfum ini cocok banget buat nemenin kalian di sebuah acara yang formal, walaupun untuk daily wear juga cukup mumpuni. Yang menjadi perhatian adalah parfum ini harus diperhatiin tuh jumlah semprotannya, karena wangi pembukaannya yang cukup loud, serta parfum ini kurang cocok kalian pake di cuaca yang panas dan terik, bisa cloying dan bikin mabok tuh patchouli-nya! Intinya, parfum ini cocok deh buat kalian yang tertarik buat minang patchouli-based perfume, apalagi niche perfume pertama lo! Tapi, jika performa merupakan sebuah hal yang lo cari, parfum ini ngga menawarkan itu.